5 ETIKA PERGAULAN BISNIS DALAM PERUSAHAAN
Pada tingkat perusahaan sering terjadi konflik kepentingan. Mereka menghadapi suatu
konflik yang sulit antara nilai pribadi dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Bahkan
mereka menghadapi konflik antara perusahaan dan masyarakat dan antara pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu urusan bisnis. Kenyataan ini diperburuk lagi oleh tidak atau
belum adanya organisasi profesi bisnis yang berfungsi menegakkan kode etik bisnis.
Pada tingkat masyarakat, kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat sedang
mengalami transisi, yaitu dari masyarakat berkembang menuju masyarakat maju. Dalam
situasi demikian terjadilah transformasi dan perubahan besar-besaran dalam segala bidang
kehidupan. Yang ditakutkan adalah kekhawatiran tercabutnya aturan-aturan budaya
luhur kita, dan kita belum ada nilai baru yang kita pegang.
Bersamaan dengan itu situasi ekonomi dan politik belum stabil. Kita masih merabaraba
mencari format kebijakan ekonomi dan politik yang sangat tepat. Serta ikut
terlibatnya birokrasi dalam dunia bisnis yang menimbulkan persoalanpersoalan pelik
yang sulit diatasi, akibatnya keadilan sosial menjadi semakin sulit terjangkau.
Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatannya seharihari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti hal manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga mempunyai atau memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis.
Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:
a. Hubungan antara bisnis dengan pelanggan / konsumen.
Hubungan antara bisnis dengan pelanggannya merupakan hubungan yang paling
banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya
secara baik dalam hal ini. Adapun pergaulannya dengan pelanggan ini dapat
disebutkan di sini, misalnya sebagai berikut.
1. Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau
mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
2. Bungkus ataupun kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi di
dalamnya, sehingga produsen perlu memberikan kejelasan tentang isi serta
kandungan atau zat-zat yang terdapat di dalam produk itu.
3. Promosi terutama iklan merupakan gangguan etis yang paling utama. Oleh
karena itulah maka sampai saat inipun TVRI masih melarang ditayangkannya
iklan dalam siarannya sejak awal 1980-an.
4. Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat
etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya
yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau
mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.
b. Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan
bisnisnya seringkali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan
karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal
yaitu: Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat,
transfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan/PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja). Di dalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga
adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan.
Seringkali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima
adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri. Di
samping itu tidak jarang seorang manajer yang mencoba menaikkan pangkat
para karyawan dari generasi muda yang dianggapnya sangat potensial dalam
rangka membawa organisasi menjadi lebih dinamis, tetapi hal tersebut
mendapat protes keras dari karyawan golongan generasi tua. Masalah lain lagi
dan yang paling rawan adalah masalah pengeluaran karyawan atau drop-out
(DO). Masalah DO atau PHK ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari
para manajer karena hal ini menyangkut masalah tidak saja etik akan tetapi juga
masalah kemanusiaan. Karyawan yang di PHK tentu saja akan kehilangan mata
pencahariannya yang menjadi tumpuan hidup dia bersama keluarganya.
c. Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan
dengan pesaingnya, dengan penyalurnya, dengan grosirnya, dengan
pngecernya, agen tunggalnya maupun distributornya. Dalam kegiatan seharihari
tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan
antar keduanya. Dalam hubungan itu tak jarang dituntut adanya etika
pergaulan bisnis yang baik.
d. Hubungan dengan investor
Perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan terutama yang akan atau
telah "go public" haruslah menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur
dari bisnisnya kepada para investor atau calon investornya. Informasi yang
tidak jujur akan menjerumuskan untuk mengambil keputusan yang keliru. Dalam
hal ini perlu mendapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia
sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para
pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya
(mengemisi sahamnya) kepada masyarakat. Di pihak lain masyarakat juga
sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian
saham ataupun surat-surat berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di
pasar modal. Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli
saham haruslah diberikan informasi secara lengkap dan benar mengenai
prospek perusahaan yang go public tersebut. Janganlah sampai terjadi
adanya manipulasi atau penipuan terhadap informsi atas hal ini.
e. Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan
Hubungan dengan lembaga keuangan terutama Jawatan Pajak pada
umumnya hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini
merupakan hubungan yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang
berupa neraca dan laporan rugi laba misalnya. Laporan finansial disusun
secara benar sehingga tidak terjadi kecenderungan ke arah penggelapan
pajak. Keadaan tersebut merupakan etika bisnis yang tidak baik.
sumber : http://staff.uny.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar